1.
JUDUL
PRAKTIKUM
Termoregulasi
2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perubahan gerakan opeculum ikan mas komet ( carrassius
auratus ) dan katak terhadap perubahan suhu air
2.
mengetahui respon tingkah laku ikan mas komet ( carrasius auratus )
3.
LANDASAN
TEORI
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup
dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh
kumpulan variabel lingkungan ang dihadapi organisme tersebut ( campbell. 2004;
288 ). Artinya bahwa seyiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan
tingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis
berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
reproduksi biota perairan ( rtunas, 2005:16 )
Suhu merupakan faktor penting dalam
ekosistem perairan (Ewusie.1990: 180). Kenaikan air dapat akan menimbulkan
kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Menurut Soetjipta (1993: 71)
Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air
berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa
walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air dari pada di udara, namun suhu
merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu, makhluk akuatik sering
memiliki toleransi yang sempit.
Ikan merupakan
hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu
tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (HOOLE at
al, dalam Tunas, 2005: 16). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme
fisiologis yang tidak dimiliki olehhewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yushinta,
2004: 14). Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air,
beberapa spesies mampu hidup pada suhu air mencapai 2900C, sedangkan
jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran
toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas (Sukiyah, 2005: 9).
Ikan hidup di
dalam air yang mempunyai suhu relative tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan
respirasi. Hal tersebut dapat diamati dari perubahan gerakan operculum
respirasi. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu dengan lainnya
bebeda, misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat menyebabkan
kematian berada tepat diatas titik beku,
suhu tinggi dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku,
sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan(Tunas, 2005:
16-17). Telah diketahui diatas bahwa suhu merupakan faktor abiotik yang paling
berpengaruh pada lingkungan perairan , maka perlu di ketahui bagaimana suhu
mempengaruhi aktifitas biologis spesies ikan tertentu melalui gerakan operculum
ikan Mas Komet (Carassius auratus).
4. ALAT DAN BAHAN
Tabel 8.1 alat dan bahan
termoregulasi
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
Bejana kaca / mangkuk
|
1 buah
|
Katak
|
1
ekor
|
Termometer
|
2 buah
|
||
Han
tally counter
|
1 buah
|
Air
|
Secukupnya
|
Toples
|
2 buah
|
||
bunsen
|
1 buah
|
Ikan
mas
|
2
ekor
|
Korek api
|
1 buah
|
||
Kaki tiga
|
1 buah
|
||
Kawat kasa
|
1 buah
|
Es
batu
|
Secukupnya
|
Gelas beker
|
1 buah
|
||
stopwatch/
jam tangan
|
1 buah
|
||
5. CARA KERJA
1.
Isilah toples dengan air yang jernih
hingga hampir penuh. Masukkanlah ikan mas itu kedalam toples . Kemudian
masukkan juga termometer kedalam toples tersebut sedemikian rupa sehingga pembacaan
petunjuk termometer bisa dilakukan dengan benar dan jelas.
2.
Dalam keadaan ini kita catat penunjuk
suhu dengan seksama, Kemudian kita hitung berapa kali insang ikan mas itu
bergerak buka tutup setiap menitnya. Catatlah data ini. Amati dan hitung beberapa
kali untuk memperoleh harga rata-ratanya.
3.
Sekarang masukkanlah toples itu kedalam
mangkuk yang berisi balok es batu. Lakukanlah ini sedemikin rupa sehingga
perubahan suhu mendadak dan merata pada seluruh air dalam bejana itu.
4.
Segera catat perubahan suhu yang
terjadi. Kemudian hitung lagi gerakan buka tutup insang setiap menitnya. Catat
data ini dan lakukan sedikitnya tiga kali. Gerakan buka tutup insang ini
menunjukkan kegiatan respirasi ikan mas tersebut.
5.
Gantilah air dalam toples itu dengan air
jernih lain yang berbeda suhunya, gunakan air yang lebih hangat dari air
sebelumnya. Kemudian lakukanlah pengamatan seperti 1, 2, 3 dan 4 diatas.
Bandingkanlah hasilnya dengan pengamatan sebelumnya.
6.
Tidak semua ikan sama laju gerak
insangnya, dengan kata lain tidak semua ikan kemampuan respirasinya sama.
Lakukan percobaan ini untuk ikan yang lebih besar atau lebih kecil, atau juga
untuk ikan jenis lain.
7.
Lakukan kegiatan yang sama (1-6)
menggunakan katak
8.
Gambar situasi percbaan ini bisa dilihat
pada gambar
6.
HASIL
PENGAMATAN
·
Pengamatan
pada ikan besar
Waktu
pengamatan
|
Air
normal
Suhu(
230C)
|
Air
dingin
Suhu
( 190C)
|
Air
panas
suhu(400C)
|
1 menit
|
99
|
110
|
90
|
1 menit
|
110
|
106
|
96
|
1 menit
|
112
|
107
|
110
|
· Pengamatan pada ikan kecil
Waktu
pengamatan
|
Air
normal
Suhu(
230C)
|
Air
dingin
Suhu
( 190C)
|
Air
panas
suhu(400C)
|
1 menit
|
80
|
85
|
82
|
1 menit
|
60
|
74
|
113
|
1 menit
|
77
|
77
|
75
|
·
Pengamatan
pada katak
Waktu
pengamatan
|
Air
normal
|
Air
dingin
|
Air
panas
|
Suhu katak
|
26 0C
|
15 0 C
|
40 0C
|
Suhu lingkunngan
|
23 0C
|
17 0C
|
410 C
|
Gambar 8.1 percobaan menggunakan
air normal (suhu 230C )
|
Gambar 8.2 percobaan menggunakan air dingin (suhu 190C)
|
Gambar 8.3 percobaan menggunakan air panas (suhu 400C
)
|
Gambar pengukuran suhu katak ( 200C )
|
Gambar pengukuran suhu lingkungan
pada katak (230C )
|
7.
PEMBAHASAN
Suhu sangat berpengaruh pada proses
metabolisme mahluk hidup. Salah satunya adalah pernapasan atau respirasi pada
hewan . untuk hewan-hewan tertentu hanya bisa hidup pada daerah yang perubahan
suhunya tidak terlalu menyolok. Demikian pula pada manusia, perubahan suhu akan
menggangu proses metabolisme dalam tubuh. Bila kita mengalami perubahan suhu lingkungan,
biasanya kita merasa tidak enak badan atau kesehatan agak terganggu. Pada
percobaan ini kita akan mengamati pengaruh perubahan suhu pada seekor ikan mas.
Termoregulasi
merupakan proses homeostasis untuk menjaga agar suhu tubuh suatu hewan tetap
dalam keadaan stabil.dengan cara mengontrol atau mengatur keseimbangan antara
banyaknya energi (panas) yang diproduksi dengan energi yang dilepaskan.
Termogenesis atau pembentukan panas yang terdapat pada hewan dapat diperoleh
dari proses metabolisme atau hewan endoterm, yang berlangsung dalam tubuh hewan
itu sendiri, atau dapat juga diperoleh dari absorbsi panas dari lingkungan
eksternal (hewan ektotermi), terutama dari radiasi matahari.
Karena
hewan endoterm harus mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara metabolisme,
sedangkan pada hewan ektoterm panas tubuh dapat diperolah dari lingkungannya.
Selain hewan endoterm dan ektoterm terdapat kelompok hewan yang meperoleh
energi panas tubuhnya dari proses metabolisme, tetapi hewan tersebut tidak
dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran suhu lingkungan yang sempit,
hewan-hewan seperti ini masuk dalam kelompok hewan heterotermi, contohnya
mamalia kecil, bangsa burung dan serangga yang dapat terbang.
Suhu
tubuh hewan tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi
dan atau diabsorbsi dengan panas yang hilang atau dilepaskan dapat berlangsung
secara radiasi, konduksi, konveksi ataupun evaporasi :
Ø Radiasi
merupakan transfer energi secara elektromagnetik yang tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
Ø Konduksi
merupakan transfer panas secara langsung antara 2 materi padat yang berhubungan
langsung tanpa adanya transfer molekul.
Ø Konveksi
suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas, besarnya konveksi juga
tergantung pada luas kontak permukaan dan perbedaan suhu
Ø Evaporasi
merupakan konversi ari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konversi
kehilangan panas.
Secara
umum laju pertukaran panas kedalam dan keluar tubuh hewan tergantung pada :
Ø Luas
permukaan tubuh
Ø Perbedaan
suhu
Ø Konduktan
spesifik
Proses
– proses yang dapat mempengaruhi produksi panas tubuh yaitu :
Ø Mekanisme
gerakan
Ø Mekanisme
otonom
Ø Mekanisme
adaptif
Perubahan
suhu berpengaruh besar terhadap proses fisiologi. Salah satunya dalah terhadap
proses metabolisme yang dapat diukur melalui laju konsumsi oksigen dalam batas
toleransi tertentu, laju konsumsi oksigen akan meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu. Salah satu estimasi pengaruh suhu terhadap laju konsumsi
oksigenadalah dengan menggunakan hukum Vant’Hoff
Pertanyaan
1.
Bagaimana perubahan gerak ingsang
terhadap perubahan suhu bisakah anda menghubungkannya dengan proses –proses
metabolisme didalam tubuh hewan ( ikan )?
Jawab :
Pada air dingin maka gerakan insangnya
akan lebih cepat, pada air panas (suhu tinggi) gerakan insangnya mulai melemah
dari pada suhu rendah, sedangkan pada suhu normal maka gerakan insangnya akan
normal. Pengaruh suhu pada proses metabolisme yaitu pada suhu rendah dan suhu
tinggi maka metabolisme didalam tubuh ikan tersebut akan terganggu, dan
mengakibatkan melemahnya gerakan insang.
2.
Bagaimana dengan jenis ikan yang lain
yang lebih besar? Apa hubungan antara ikan dengan kegiatan respirasi ?
Jawab :
Ikan yang lebih besar
akan lebih cepat gerakan insangnya. Hubungan dengan kegiatan respirasi yaitu
semakin besar tubuh hewan (ikan) maka semakin cepat proses respirasinya atau
semakin banyak membutuhkan oksigen.
3.
Dari hasil percobaan ini dapatkah anda
menentukan perubahan suhu terbesar yang
masih diperolehkan anda pada suatu jenis ikan agar ikan itu tidak banyak mengalami gangguan metabolisme ?
dari kesimpulan ini bisakah anda merencanakan atau memperkirakan lingkungan
suhu yang baik untuk membiakkan ikan ?
Jawab :
Suhu
terendah yang tidak mengganggu proses metabolisme ikan yaitu 190C,
sedangkan suhu tertingginya yaitu 400C. Lingkungan atau suhu yang
baik untuk pembiakan ikan yaitu suhu 230C.
4.
Bagaimana kondisi katak menghadapi
perubahan suhu? Lingkungan suhu manakah yang paling banyak untuk populasi katak
?
Jawab :
Katak cepat
menyesuaikan diri dengan lingkungan suhu yang baik pada pertumbuhan katak pada
kisaran ( 23 0c ).
8.
KESIMPULAN
Dari
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
Gerakan insang pada air dingin yaitu
pergerakan insangnya lebih cepat, pada air panas gerakan insangnya mulai
melemah dari pada suhu dingin, sedangkan pada suhu normal maka gerakan
insangnya akan normal. Pengaruh suhu pada proses metabolisme yaitu pada suhu
rendah dan suhu tinggi maka metabolisme didalam tubuh ikan tersebut akan
terganggu, dan mengakibatkan melemahnya gerakan insang.
Ikan yang lebih besar akan lebih cepat
gerakan insangnya. Hubungan dengan kegiatan respirasi yaitu semakin besar tubuh
hewan (ikan) maka semakin cepat proses respirasinya atau semakin banyak
membutuhkan oksigen.
Suhu terendah yang tidak mengganggu
proses metabolisme ikan yaitu 190C, sedangkan suhu tertingginya
yaitu 400C. Lingkungan atau suhu yang baik untuk pembiakan ikan
yaitu suhu 230C. sedangkan pada katak suhu katak yaitu 200C
Suhu lingkungan pada katak yaitu 230C.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell.2004.
Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta . penerbit Erlangga
Djamal, zoer,aini. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan
Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar